Kamis, 13 April 2017

Makalah Ulumul Hadis


ULUMUL HADITS


Makalah  ini diajukan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Ulumul Hadits Jurusan Syariah Program Studi Perbankan Syariah Kelompok 2 Semester II
DI SUSUN OLEH :
Kelompok IV

Muh.Arifai Hasri                           01165039
Rizki Dwi Yanti                             01165048
Harmi                                              01165059




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
WATAMPONE
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Mengenal Kitab Sunan Al-Imam Al-Tirmidzi” selesai tepat pada waktunya.
                 Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
                 Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

                                                                            Watampone , 29 Maret 2017

                                                                                               Penulis











DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................          i
DAFTAR ISI.....................................................................................         ii
BAB I PENDAHULUAN
A..Latar Belakang..........................................................................         1
B. Rumusan Masalah.....................................................................         1
C. Tujuan.......................................................................................         1
BAB II PEMBAHASAN
A.  Biografi Penulis.........................................................................         3
B.  Bentuk Penyusunan .................................................................         5
C.  Ekspektasi Ulama atas Karya Tersebut.....................................         6
BAB III PENUTUP
A.Kesimplan..................................................................................       18
B.Saran..........................................................................................       19
DAFTAR PUSTAKA
           












BAB 1
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Hadis Nabawi adalah sumber kedua setelah al-Qur’an yang diikuti oleh Ijma’ dan juga Qiyas. Hadis tak bisa dipungkiri memiliki peranan yang urgent sebagai sumber terhadap hukum-hukum Islam. Al-Qur’an bisa difahami dan didekati melalui hadits sehingga hadits berperan sebagai Mubayin, Muqoyyid, Muwaddih al Musykil, Nasikh dan lain-lain bagi al-Qur’an.
Lain halnya dengan al-Qur’an yang sejak awal sudah menjadi perhatian banyak kalangan sahabat, hadits pada masa Rasulullah Saw hidup hanya diriwayatkan secara lisan tanpa menggunakan tulisan. Sebab, saat itu jika hadits ditulis dikhawatirkan redaksi-redaksinya tercampur dengan ayat al-Qur’an. Meskipun demikian, ada beberapa sahabat yang tetap menulis redaksi hadits untuk kepentingan pribadinya bukan rujukan umum. Sebut saja Abdullah ‘Amr bin al ‘Ash.
Setelah Rasulullah wafat, dan banyak para sahabat penghafal hadits yang meninggal. Khalifah Umar bin Abdul Aziz mulai merasa khawatir dan prihatin terhadap hadits yang belum sepenuhnya ditulis. Kekhawatiran inilah yang menjadi langkah awal untuk pengkondifikasian hadits.
Muhammad bin Syihab al- Zuhri bertugas sebagai coordinator pengumpul hadits. Hadits yang terkumpul pada saat itu belum terklasifikasi berdasarkan bab, kwalitas dll namun masih bercampur dalam satu buku kumpulan hadits-hadits Nabi yang disebut al- Jawami’
Seiring teprsebarnya islam, maka perhatian penuh terhadap Hadits mulai tampak. Lahirlah rumusan-rumusan kaidah yang berkaitan dengan hadits, kwalisifikasi hadits dll. Rumusan kaidah inilah yang kemudian pada masa Tabi’in dibukukan ke dalam satu disiplin ilmu yang disebut ilmu hadits. Disamping kitab yang berkaitan dengan ilmu Hadits, kitab-kitab hadits Nabi juga murak ditulis. Kitab-kitab ini yang kemudian dijadikan kitab induk hadits Nabi.
1
Ada enam kitab induk hadits yang terkenal, yaitu :
-          Sohih al Bukhori
-          Sohih Muslim
-          Sunan Abi dawud
-          Sunan al- Tirmidzi
-          Sunan an Nasa’i
-          Sunan Ibnu Majah
Keenam kitab ini disebut dengan kutub as Sittah (enam kitab pokok hadits). Selanjutnya, kitab-kitab ini disempurnakan lagi menjadi kutub at Tis’ah (Sembilan kitab pokok hadits) dengan menambahkan  sunan ad Daruquthi, sunan ad Daromi, sunan al Baihaqi.
Masing-masing kitab ini memiliki karakteristik dan metode tresendiri dalam pengumpulan hadits. Pada makalah ini, penulis mencoba menelaaah apa yang aada di dalam kitab Jami’ imam Tirmidzi atau yang dikenal dengan Sunan al- Tirmidzi. Sebab, kitab ini tidak hanya memuat hadits-hadits yang berkualitas melainkan hadits hasan, dhaif dan selainnya juga ia himpun dalam kitab ini. Bahkan, imam Tirmidzi juga memberikan komentar akan status hukum dan kualitas suatu hadits.
B.  Rumusan Masalah
1.      Siapakah Al-Imam Al-Tirmidzi?
2.      Bagaimanakah Bentuk Penyusunan Dari Kitab Sunan Al-Imam Al-Tirmidzi?
3.      Apa Ekspektasi Ulama Atas Karya Al-Imam Al-Tirmidzi?
C.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui Biografi Al-Imam Al-Tirmidzi
2.      Untuk mengetahui Bentuk Penyusunan Kitab Al-Imam Al-Tirmidzi
3.      Untuk mengetahui Ekspektasi ulama atas karya Al-Imam Al-Tirmidzi.




BAB II
PEMBAHASAN
A.  Biografi Imam Al Tirmidzi
Al-Imam al-Tirmidzi nama lengkapnya ialah Abu Isa Muhammad Ibn Isa Ibn Tsawrah Ibn Musa Ibn al-Dhahak al-Sulami al-Bighi al-Tirmidzi. Ahmad Muhammad Syakir menambha dengan sebutan al-Dharir, karena mmengalami kebutaan di masa tuanya.
Al-Sulami dibangsakan dengan Bani Sulaym, dari Qabilah ‘Aylan, sedangkan al-Bughi adalah nama desa tempat al- Imam wafat, yakni di Bugh dan dimakamkan juga di sana.
Al-Imam al-Tirmidzi terkenal dengan sebutan Abu Isa, yang ternyata sebagian ulama tidak menyenangi sebutan itu, karena ada hadits yang ditahrijkan oleh ibn Abi Syayban seorang pria tidak dibenarkan menggunakan sebutan aatau nama aabu Isa yang berarti ayah dari Isa.seperti yang diketahui Isa tidak memiliki ayah. Sedangkaan penisbaan namanya kepada Tirmidzi karena ia lahir dan berkembang di kota Rirmiz, yaitu kota yang terletak dibagian selatan kota Iran sekarang.[1]
Imam Tirmidzi lahir pada bulan zulhijjah tahun 209 H (824 M). kakeknya dahulunya merupakan orang Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmiz dan menetap disana, lalu di kota inilah terlahirnya imam al-Tirmidzi. Sejak kecil ia sudah suka mempelajari ilmu hadis dan melakukan perjalanan ke beberapa negri untuk mendapatkan ilmu. Dalam perjalanannya inilah, ia  bertemu dengan beberapa  ulama besar ahli hadits dan belajar hadis bersama mereka, beliau wafat pada malam senin 13 Rojab tahun 279 H dalam usia 70 tahun.[2]
3
Menurut al-Khatib al-Baghdadi Qutaybah Ibn Said al- Madani lama belajar al- Tirmidzi diperkiraakan lebih dari 35 tahun.
Al-Imam al-Tirmidzi berguru secara langsung dengan guru-gurunya, ‘Ali Ibn al- Madani di Samara (wafat tahun 234 H), Muhammad Ibn ‘Abdullah Nurmayr al- Kufi ( wafat tahun 234 H). disamping itu Imam al- Tirmidzi berguru dengan syaykh-syaykh terkenal yang telah wafat sebelumnya, dengan perantaraan murid-muridnya. Syaykh-syaykh itu antara lain Ibrahim Ibn al-Munzhir (wafat tahun 63 H), Muhammad Ibn ‘Amru al- Sawaq al- Balkhi (wafat tahun 36 H), dan Muhammad Ibn Ghilan dari Merw (wafat tahun 39 H). faktor yang menguntungkan bagi al- Imam al-Tirmidzi ialah bahwa saat itu merupakan masa kebangkitan ulama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam ilmu hadis dan fiqh, dan para mujtahid yang mengembangkan upaya menata hukum Islam dari segi dasar, pola piker dan petunjuk operasional pelaksanaan syari’ah Islam dari hadits Nabi Muhammad Saw. Adapun tokoh-tokoh terkemuka pada saat itu ialah Imam Muhammad Ibn Idris (150 H-204 H), dan sekaligus membina madzhabnya di Iraq, sesungguhnya di sana telah berkembang madzhab Abu Hanifah (83 H-150 H) yang terkenal sebagai ahli ra’yu. Di Madina juga telah berkembang mazhab Imam Ahmad Ibn Hanbal (164 H- 241 H).
Menurut Ibn Khillikan, penulis kitab Wafayat al-A yan wa Anba’I al-Zaman, bahwa al-Tirmidzi adalah murid dari Abdullah Ibn Isma’il Al- Bukhari, tetapi juga berguru kepada ulama yang sama dengan tempat berguru para ahli hadits yang lain yang telah disinggung di muka.
Penjelasan dari Al-Shalah Al-Safadi menyebutkan bahwa Al-Tirmidzi banyak menerima hadist dari Abdullah Ibn Isma’il Al- Bukhari. Ada Sembilan orang guru yang sama menjadi sumber riwayat hadits dari Imam hadis yang enam, Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Al-Nasa’I, Al- Tirmidzi, dan Ibn Majah yakni seperti di bawah ini :
1.      Ibn Bandar (252 H)
2.      Muhammad Ibn Mushanna (252 H)
3.      Ziyad Ibn Yahya Al- Hasani (254 H)
4.      Abbas Ibn Abdu al-zhim al-Hanbari (246 H)
5.      Abu Sa’id Al-Asyah Abdullah Ibn Sa’id Al-Kindi (257 H)
6.      Abu Hafs Umar Ibn Ali Al- Falas (249 H)
7.      Ya ‘qub Ibn Ibrahim Al-Dawraqi (252H)
8.      Muhammad Ibn Ma’mar Al-Bahrani (256 H)
9.      Nashr Ibn Ali Al-Jahlami (250 H)
Al-Hafidh Ibn Hajar menerangkan bahwa guru dari Al- Tirmidzi dapat dibagi menjadi tiga angkatan/tabaqat sebagai berikut :
Pertama, mereka mendahului al-Imam al-Tirmidzi seperti Quptaybah Ibn Sa’id, Ali Ibn Hajar sebagai tokoh angkatan/tabaqat kesepuluh. Imam Bukhari ternyata juga menerima riwayat dari ahli hadits angkatan ini.
Kedua, angkatan berikutnya, dari segi umur maupun sanad, mereka itulah pada umumnya guru al-Imam al-Tirmidzi yang menyampaikan dan menjadi sumber riwayat, seperti Ahmad Ibn Mani al-Baghawi (244 H), Umar Ibn Ali Falas, Muhammad Ibn Abban al-Mustamili (244 H).
Ketiga, guru-guru pada periode ke-11, seperti Hasan Ahmad Ibn Abi Syu’ayb (250 H), al-Bukhari, Muslim dan banyak lagi, seperti Hisyam Ibn Amar al-Dimasyqi (254 H) dari Nigeria.
Diketahui bahwa sanad Imam al-Tirmidzi banyak kesamaannya dengan guru-guru/syaykh dari Imam Bukhari dan Muslim dalam Kitab al-Jami. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal.
1.    Al-Imam al-Tirmidzi hanya melakukan perlawatan kesebagian negeri, diwilayah mereka konon ia tidak ke Mesir dan juga tidak ke Baghdad.
2.    Keluasan dan kedalaman ilmunya yang mendekati guru-gurunya, disamping ada nilai lebihnya.
3.    Al-Imam al-Tirmidzi lebih kemudian masa hidupnya baik dari umur, masa belajar maupun kegiatan perlawatan mengumpulkan hadits.
Mengenai nama-nama perawai yag menjadi sumber periwayatan al-Imam al-Tirmidzi secara langsung dan yang tidak langsung yang dijadikan bahan penulisan kitab-kitabnya tersebut dalam lampiran II.
Diantara murid al-Imam al-Tirmidzi yang termashur, ialah:
1.      Abu Bakr Ahmad Ibn Isma’il Ibn ‘Amir al-Samarkandi;
2.      Abu Hamid Ahmad Ibn ‘Abdullah Ibn Dawud al-Marwazi al-Tajir;
3.      Ahmad Ibn ‘Ali Al-Maqari;
4.      Ahmad Ibn Yusuf al-Nasafi, dll.[3]
B.  Bentuk Penyusunan Kitab Al-Imam Al-Tirmidzi
Imam Tirmidzi banyak menulis kitab-kitab, diantaranya:
1)      Al Jami’ as Sohihain, yang terkenal dengan sebutan Sunan at-Tirmidzi.
2)      Kitab I’Illal, kitab ini terdapat pada akhir kitaab Al-Jami’
3)      Kitab Ar-Tarikh
4)      Kitab Asy-Syama’il al- Nabawiyyh
5)      Kitab al-Zuhud
6)      Kitab al-Asma; wa al-Kuna[4]
Diantara kitab-kitab diatas, yang paling terkenal adalah Al-Jami’ as Sohihain atau sunan al-Tirmidzi, dan kitab-kitab lainnya kurang dikenal dikalangan masyarakat.
Dalam meriwayatkan hadis, al-Tirmidzi menggunakan metode yang berbeda dengan ulama-ulama lain. Berikut metode-metode yang ditempuh oleh al-Tirmidzi:
a.    Men-takhrij hadis yang menjadi amalan para fuqaha’.
Dalam kitabnya, al-Tirmidzi tidak meriwayatkan hadis, kecuali hadis yang diamalkan oleh fuqaha’, kecuali dua hadis, yaitu:
-       “ sesungguhnya Rasullah menjama’ Shalat Zuhur dengan Ashar dan Magrib dengan Isy’, tanpa adanya sebab takut, dalam perjalanan, dan tidak pula karena hujan”.
-       “apabila seseorang minum khamar, maka deraahlah ia, dan jika ia kembali minum khabar pada yang keempat kalinya maka bunuhlah ia”.
·      Hadis pertama, menerangkan tentang men-jama’ shalat. Para ulama tidak sepakat untuk meninggalkan hadis ini, dan boleh hukumnya melakukan shalat jama’ di rumah selama tidak dijadikan kebiasaan. Demikian pendapat Ibn Sirin serta sebagian ahli fiqh dan ahli hadis.
·      Hadis kedua, menerangkan bahwa peminum khamar akan dibunuh jika mengulangi perbuatannya yang keempat kalinya. Hadis ini menurut al-Tirmidzi dihapus oleh ijma’ ulama.
b.    Memberi penjelasan tentang kualitas dan keadaan hadis.
Tirmidzi mengungkapkan: “dan apa yang telah disebutkan dalam kitab ini mengenai ‘ilal hadis, rawi ataupun sejarah adalah hasir dari apa yang aku takhrij dari kitab-kitab tarikh, dan kebanyakan yang demikian itu adalah hasil diskusi saya dengan Muhammad bin Isma’il (al-Bukhari)”.
       Pada kesempatan lain al-Tirmidzi juga mengatakan : “ dan kami mempunyai argument yang kuat berdasarkan pendapat ahli fiqih terhadap materi yang kami terangkan dalam kitab ini”. Dengan demikian dapat dipahami, bahwa usaha menjelaskan keadaan suatu hadis dimaksudkan oleh al-Tirmidzi untuk mengetahui kelemahan hadis bersangkutan. Menurut al-Hafiz Abu Fadhil bin Tahir al-Maqdisi (w. 507 H) ada empat syarat yang ditetapkan oleh al-Tirmidzi sebagai standarisasi periwayatan hadis, yaitu:
1)      Hadis-hadis yang sudah disepakati keshahihannya oleh Bukhari dan Muslim.
2)      Hadis-hdis yang Shahih menurut standar keshahihan Abu Awud dan al-Nasa’I, yaitu hadis-hadis yang para ulama tidak sepakat untuk meninggalkannya, dengan ketentuan hadis itu bersambung sanadnya dan tidak mursal.
3)      Hadis-hadis yang tidak dipastikan keshahihannya dengan menjelaskn sebab-sebab kelemahannya.
4)      Hadis-hadis yang dijadikan hujjah oleh fuqaha’, baik hadis tersebut shahih atau tidak. Tentu sajaa ketidak-shahihannya tidak sampai pada tingkat dha’ifmatruk.
C.  Ekspektasi ulama atas karya Al-Imam Al-Tirmidzi
Terlepas dari kebesaran dsan kontribusi yang telah diberikan oleh al-Tirmidzi melalui kitabnya, tetap muncul berbagai pandangan controversial antara yang memuji dan mengkritik karyaa tersebut. Di antaranya adalah al-Hafiz al-‘Alim al-Idrisi, yang menyatakan bahwa al-Tirmidzi adalah seorang dari para imam yang memberikan tuntunan kepada mereka dalam ilmu hadis, mengarang al-Jami’, Tarikh, ‘ilal, sebagai seorang penulis yang ‘alim yang meyakinkan, Ia seorang contoh dalam hafalan.
Lain halnya dengan al-Hafiz Ibn Asihr (w. 524 H), yang menyatakan bahwa kitab al-Tirmidzi adalah kitab shahih, juga sebaik-baiknya kitab, banyak kegunaannya, baik sistematika penyajiannya dan sedikit sekali hadis-hadis yang terulang. Di dalamnya juga dijelaskan pula hadis-hadis yang menjadi amalan suatu mazhab disertai argumentasinya. Di samping itu Tirmidzi juga menjelaskan kualitas hadis, yaitu shahih, saqim dan gharib.
Sementara Abu Isma’il al-Harawi (w. 581 H) berpendapat, bahwa kitabal-Tirmidzi lebih banyak memberikan faedah dari pada kitab shahih Bukhari dan shahih Muslim, sebab hadis yang memuat dalam kitab al-jami’ al-Shahihal-Tirmidzi diterangkan kualitasnya, demikian juga dijelaskan sebab-sebab kelemahannya, sehingga orang dapat lebih mudah mengambil faedah kitab itu, baik dari kalangan fuqaha’, muhadditsin, dan lainnya.
Al-‘Allamah al-syaikh’ Abd al-‘Aziz berpendapat, bahwa kitab al-jami’al-Shahihal-Tirmidzi adalah kitab yang terbaik, sebab sistematika penulisannya baik, yaitu sedikit hadis-hadis yang disebutkan berulang-ulang, diterangkan mengenai mazhab-mazhab fuqaha’ serta cara istidlal yang mereka tempuh, dijelaskan kualitas hadisnya, dan disebutkan pula nama-nama perawi, baik gelar maupun kunyahnya.
Seorang orientalis Jerman, Brockelman menyatakan ada sekitar 40 hadis yang tidak diketahui secara pasti apakah hadis-hadis itu termasuk hadis Abi Isa al-Tirmidzi sekumpulan hadis itu dipertanyakan apakaah kitab yang berjudul al-Zuhud atau al-Asma’waal-Kunya. Ada dugaan keras bahwa kumpulan hadis itu adalah al-fiqh atau al-Tarikh, tetapi masih diragukan.
Ignaz Goldziher dengan mengutip pendapat al-Zahabi telah memuji kitab al-Jami’ al-Shahih dengan memberikan penjelasan bahwa kitab ini terdapat perubahan penetapan isnad hadis, meskipun tidak menyebabkan penjelasan secara rinci, tetapi hanya garis besarnya. Di samping itu, didalam kitab al-jami’ al-Shahih ini ada kemudahan dengan memperpendek saanad.
Kendati banyak yang memuji kitab al-Jami’al-Tirmidzi, namun bukan berarti kemudian luput dari kritikan. Al-jami’al-Shahihli al-Tirmidzi terdapat 30 hadis hmaudu’ (palsu), meskipun pada akhirnya pendat tersebut dibantah oleh Jalaluddin al-Suyuti (w. 911 H) dengan mengemukakan, bahwa hadis-hadis yang dinilai palsu tersebut sebenarnya bukan palsu, sebagaimana yang terjadi dalam kitab Shahih Muslim yang telaah dinilainya palsu, namun ternyata bukan palsu.
Dikalangan ulama hadis, al-jauzi memang dikenal terlalu tasahul (mudah) dalam menilai hadis sebagaai hadis palsu. Mengacu kepada pendapat al-suyuti, dan didukung oleh pengakuan mayoritas ulama hadis seperti telah dikemukakan, maka penilaian Ibn al-jauzi tersebut tidak merendahkan al-Tirmidzi dan kitab al-Jami’al-Shahih-nya.[5]


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.      Al-Imam al-Tirmidzi nama lengkapnya ialah Abu Isa Muhammad Ibn Isa Ibn Tsawrah Ibn Musa Ibn al-Dhahak al-Sulami al-Bighi al-Tirmidzi. Ahmad Muhammad Syakir menambha dengan sebutan al-Dharir, karena mmengalami kebutaan di masa tuanya. Al-Imam al-Tirmidzi terkenal dengan sebutan Abu Isa, yang ternyata sebagian ulama tidak menyenangi sebutan itu, karena ada hadits yang ditahrijkan oleh ibn Abi Syayban seorang pria tidak dibenarkan menggunakan sebutan aatau nama aabu Isa yang berarti ayah dari Isa.seperti yang diketahui Isa tidak memiliki ayah. Sedangkaan penisbaan namanya kepada Tirmidzi karena ia lahir dan berkembang di kota Rirmiz, yaitu kota yang terletak dibagian selatan kota Iran sekarang. Imam Tirmidzi lahir pada bulan zulhijjah tahun 209 H (824 M). Beliau wafat pada malam senin 13 Rojab tahun 279 H dalam usia 70 tahun.
2.      Imam Tirmidzi banyak menulis kitab-kitab, diantaranya:
a.    Al Jami’ as Sohihain, yang terkenal dengan sebutan Sunan at-Tirmidzi.
b.    Kitab I’Illal, kitab ini terdapat pada akhir kitaab Al-Jami’
c.    Kitab Ar-Tarikh
d.   Kitab Asy-Syama’il al- Nabawiyyh
e.    Kitab al-Zuhud
f.     Kitab al-Asma; wa al-Kuna[6]
3.      
10
Terlepas dari kebesaran dsan kontribusi yang telah diberikan oleh al-Tirmidzi melalui kitabnya, tetap muncul berbagai pandangan controversial antara yang memuji dan mengkritik karyaa tersebut.  Lain halnya dengan al-Hafiz Ibn Asihr (w. 524 H), yang menyatakan  bahwa kitab al-Tirmidzi adalah kitab shahih, juga sebaik-baiknya kitab, banyak kegunaannya, Sementara Abu Isma’il al-Harawi (w. 581 H) berpendapat, bahwa kitabal-Tirmidzi lebih banyak memberikan faedah dari pada kitab shahih Bukhari dan shahih Muslim, sebab hadis yang memuat dalam kitab al-jami’ al-Shahihal-Tirmidzi diterangkan kualitasnya, demikian juga dijelaskan sebab-sebab kelemahannya, sehingga orang dapat lebih mudah mengambil faedah kitab itu, baik dari kalangan fuqaha’, muhadditsin, dan lainnya
B. 
11
Saran
Karena pentingnya ilmu Hadits maka sebagai umat islam kita seharusnya lebih memahami secara akan ilmu hadits tersebut serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, kita harus tetap menjaga kemurnian dari isi hadits tersebut, karena bagaimanapun hadits merupakan pedoman setelah al-Qur’an.

















DAFTAR PUSTAKA

H. Ahmad Sutarmadi., Al-Imam Al-Tirmidzi (Peranannya dalam Pengembangan Hadits & fiqh). ( --Cet.1—Jakarta : Logos,1998)
H.A.Aziz Masyhuri., Ilmu Hadits untuk Madrasah Aliyah dan Umum,(--Cet.1—Jakarta : Cv Sagung Seto, 2011)
https://bayuada.blogspot.co.id/2016/08/makalah-biografi-imam-at-tirmidzi-dan.html?m=1



[1] H. Ahmad Sutarmadi., Al-Imam Al-Tirmidzi (Peranannya dalam Pengembangan Hadits & fiqh). ( --Cet.1—Jakarta : Logos,1998) h. 49-50.
[2] https://bayuada.blogspot.co.id/2016/08/makalah-biografi-imam-at-tirmidzi-dan.html?m=1
[3] H. Ahmad Sutarmadi., Al-Imam Al-Tirmidzi (Peranannya dalam Pengembangan Hadits & fiqh). ( --Cet.1—Jakarta : Logos,1998) h. 60-63.
[4] H.A.Aziz Masyhuri., Ilmu Hadits untuk Madrasah Aliyah dan Umum,(--Cet.1—Jakarta : Cv Sagung Seto, 2011) h. 167
[5] https://bayuada.blogspot.co.id/2016/08/makalah-biografi-imam-at-tirmidzi-dan.html?m=1
[6] H.A.Aziz Masyhuri., Ilmu Hadits untuk Madrasah Aliyah dan Umum,(--Cet.1—Jakarta : Cv Sagung Seto, 2011) h. 167